The Conversation
25 Jun 2025, 08:51 GMT+10
Jejak karbon digital berasal dari perangkat, jaringan transmisi, dan pusat data yang semuanya membutuhkan energi besar dan menghasilkan emisi karbon.
Indonesia termasuk pengguna internet paling boros data di dunia, dengan konsumsi energi yang masih ditopang oleh batu bara, menghasilkan jejak karbon tinggi.
Transisi ke digital yang lebih hijau membutuhkan aksi di semua level. Generasi muda berperan penting sebagai agen perubahan.
Tahukah kamu, di balik setiap aktivitas digital kamu seperti scrolling TikTok, binge-watching serial, hingga sesi 'mabar' game online, meninggalkan jejak karbon digital yang besar.
Tentu bentuknya bukan seperti asap dari knalpot kendaraan, tapi tersembunyi di gawai-gawai kita. Bahkan aktivitas menyimpan data yang tampaknya pasif, juga membutuhkan energi dan menghasilkan emisi karbon.
Yuk, kenalan lebih jauh dengan jejak karbon digital.
Ada tiga sumber penyumbang emisi karbon terbesar utama dari dunia digital.
1. Perangkat di genggaman kita
Ponsel pintar, laptop, atau tablet yang kita gunakan dalam aktivitas sehari-hari menyumbang emisi sejak proses pembuatannya. Produksi satu unit smartphone saja bisa menghasilkan emisi sekitar 60 kg CO2e, setara dengan emisi mobil yang menempuh perjalanan 320 kilometer.
Saat kita streaming, main game online, atau video call, gawai butuh daya listrik untuk menyala. Konsumsi energi per perangkat ini bervariasi, mulai dari 30 watt untuk desktop biasa sampai 500 watt untuk komputer gaming.
Bayangkan berapa miliar perangkat yang aktif di seluruh dunia? Jumlah energi yang digunakan pasti sangat besar. Begitu juga dengan jejak karbon yang dihasilkannya.
2. Jaringan transmisi
Jaringan transmisi merupakan komponen penting agar data bisa dikirim dari satu perangkat ke perangkat lainnya. Dibutuhkan infrastruktur jaringan seperti router Wi-Fi, menara seluler, dan kabel optik. Semua akan bekerja berkat pasokan listrik yang terus-menerus.
Energi yang dibutuhkan tentu tidak kecil. Menurut International Energy Agency (IEA), jaringan transmisi data global mengonsumsi 260-340 TWh pada 2022. Jaringan seluler saja misalnya, menyumbang sekitar dua pertiga dari total penggunaan energi tersebut, atau berkisar 156-238 TWh.
3. Pusat data
Semua data-data aktivitas digital kita pada akhirnya bermuara, diproses, dan diolah di pusat data. Server dan perangkat penyimpanan di dalamnya memerlukan energi besar karena harus beroperasi terus-menerus tanpa istirahat.
Tak hanya untuk menghidupkan mesin, pusat data butuh energi yang tidak kalah besar juga untuk sistem pendinginnya. Porsinya bahkan tembus hingga 40% dari total konsumsi listrik tahunan sebuah pusat data.
Dengan semakin canggih teknologi dan adopsi kecerdasan buatan (AI) yang kian meluas, proyeksi ke depan makin mencemaskan. International Energy Agency (IEA) memperkirakan kebutuhan listrik pusat data global bisa melonjak dua kali lipat, yang pada 2022 mencapai sekitar 460 TWh, dan bisa melonjak hingga lebih dari 1.000 TWh pada 2026.
Gaji tak kunjung naik. Promosi mesti pindah perusahaan. Skripsi belum juga ACC. Diet ketat, berat badan tak turun juga. Lingkungan kerja toxic, bosnya narsistik. Gaji bulan ini mesti dibagi untuk orang tua dan anak. Mau sustainable living, ongkosnya mahal. Notifikasi kantor berdenting hingga tengah malam. Generasi Zilenials hidup di tengah disrupsi teknologi, persaingan ketat, dan kerusakan lingkungan.
Simak 'Lika Liku Zilenial' mengupas tuntas permasalahanmu berdasar riset dan saran pakar.
Indonesia adalah salah satu negara dengan pengguna internet terbanyak di dunia. Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2024 mencatat ada 221,5 juta pengguna internet di Indonesia. 34,4% di antaranya merupakan Gen Z sebagai kelompok pengguna terbesar.
Aktivitas daring Gen Z sangat boros data. Pengguna internet Indonesia tercatat menjadi yang terlama di dunia menghabiskan waktu di TikTok dengan (rata-rata 38 jam 26 menit per bulan). Indonesia juga menempati peringkat kedua global dalam hal bermain video games (95,3% dari pengguna internet). Bahkan, 42,2% di antaranya menghabiskan lebih dari empat jam setiap hari.
Parahnya lagi, sumber pembangkit listrik konsumsi digital yang tinggi ini masih disokong oleh jaringan listrik berbasis batu bara. Pada 2023, bauran energi baru terbarukan (EBT) Indonesia baru mencapai 13,09%, masih jauh dari target 23% pada 2025. Konsumsi data yang tinggi ditopang energi kotor, tentu akan menghasilkan jejak karbon digital per kapita yang tinggi pula.
Jalan menuju masa depan digital yang berkelanjutan membutuhkan usaha dan kolaborasi bersama semua pihak terkait.
Inisiatif level individu
Kita bisa mulai dari langkah kecil, seperti:
Inisiatif level perusahaan
Inovasi hijau menjadi sangat penting. Salah satu langkah krusial adalah membangun pusat data yang menggunakan energi terbarukan. Di Indonesia, beberapa perusahaan sudah bergerak ke arah ini, seperti DCI Indonesia yang meluncurkan pusat data bertenaga panel surya.
Inisiatif level pemerintah
Kebijakan yang kuat adalah kunci perubahan. Pemerintah mesti membuat kebijakan yang mendorong pengurangan jejak karbon digital dan mempercepat transisi energi.
Read more: 'Dark data' semakin menyiksa bumi, kita membutuhkan dekarbonisasi digital
Di semua lini, Generasi Z dan millenial, sebagai demografi digital terbesar di Indonesia, memegang kekuatan luar biasa untuk mendorong perubahan. Kekuatan ini tidak hanya terletak pada aksi pribadi, tetapi juga pada suara kolektif yang bisa menggerakkan industri dan pemerintah.
Selain membangun kesadaran, kaum muda harus menuntut akuntabilitas, dan membuka jalan menuju masa depan digital yang lebih hijau. Anak muda adalah penentu babak baru bagi kisah digital yang lebih berkelanjutan negeri ini.
Get a daily dose of Malaysia Sun news through our daily email, its complimentary and keeps you fully up to date with world and business news as well.
Publish news of your business, community or sports group, personnel appointments, major event and more by submitting a news release to Malaysia Sun.
More InformationBANGKOK, Thailand: Thailand's government is facing its biggest crisis in nearly a year, as Prime Minister Paetongtarn Shinawatra's...
(250625) -- DHAKA, June 25, 2025 (Xinhua) -- A weaver works at a muslin workshop in Dhaka, Bangladesh, on May 24, 2025. Bangladesh...
(250625) -- BANDAR SERI BEGAWAN, June 25, 2025 (Xinhua) -- People are seen at the 31st Consumer Fair & Trade Expo (CFTE) of Brunei...
(250625) -- TIANJIN, June 25, 2025 (Xinhua) -- Singaporean Prime Minister Lawrence Wong (L) and World Economic Forum President Borge...
Balochistan [Pakistan] June 25 (ANI): Baloch nationalist figure Mir Abdul Nabi Bangulzai has released an audio statement urging the...
Beijing [China], June 25 (ANI): Defence Minister Rajnath Singh on Wednesday arrived in Qingdao, China, to participate in the Shanghai...
PLANO, Texas: Toyota Motor will raise prices across a range of vehicles in the United States starting next month, the Japanese automaker...
WASHINGTON, D.C.: U.S. business activity showed signs of softening in June while inflationary pressures continued to build, driven...
NEW YORK, New York - U.S. stock markest closed sharply higher on Tuesday as a truce entered into between Irsael and Iran after 12 days...
MENLO PARK, California: Meta is taking another swing at smart eyewear—this time with a sporty edge. The company announced a new partnership...
NEW YORK CITY, New York: U.S. stocks went up and oil prices fell this week as investors hoped that Iran would not block the global...
BARCELONA, Spain: Residents of Barcelona have devised a novel way to protest the presence of tourists in their city. Using a cheap...